Wednesday, June 29, 2016

Bisnis Lada Putih Raih Omzet Rp 6 Miliar Saat Panen


Mungkin Anda tidak percaya ada penghasilan orang yang besarnya mencapai Rp 6 miliar perbulan. Seorang pemilik kebun dan pengepul lada putih di Bangka Belitung (Babel), tepatnya di Air Raya, Tanjung Pinang, Kabupaten Belitung, yang bernama Poniman adalah buktinya. Lada hitam di Babel ini cukup terkenal kualitasnya.


Poniman menuturkan awalnya memulai bisnis pada 15 tahun lalu karena iseng. Saat itu ia memulai bisnis rempah putih. "Waktu itu iseng saja dengan mulai menanam lada putih di kebunnya. Kebetulan ada tanah untuk ditanami,” ujarnya.

Ia kemudian menunggu waktu panen perdananya selama tiga tahun. Hasil panen bisa mencapai 2.000 kilogram dari satu hektar lahan produktif. Sedangkan harga per kilogram lada putih sebesar Rp 150.000. “Dari pohon lada yang sudah dipanen ini,  kita bisa kembali memanen hingga lima tahun ke depan. Kalau bagus bisa lima  atau enam kali panen," tutur Poniman.

Sebelum dijual, biasanya hasil panen lada Poniman disimpan di gudang. Gudang penyimpanan itu dibangun dekat kebun ladanya. Puluhan karung lada putih dengan bobot hingga ratusan kilogram bisa disimpan di sana. Setiap tahunnya, ia bisa menikmati hasil panen dari 500 meter kebun miliknya.

Lada putih hasil panen Poniman ini kemudian diekspor ke luar negeri, dan paling banyak ke Eropa. Banyaknya permintaan terhadap lada putih ini membuat Poniman harus menambah stok ladanya. Karenanya, ia pun mulai mencarinya lagi dari para petani lada lainnya, bahkan dari pedagang besar. “Petani bawa satu kilogram kita beli. Kalau pedagang besar bisa sampai beberapa ton," ucap Poniman.

Menurut Poniman, harga komoditas rempah khas Belitung ini terus bergerak mengikuti nilai tukar dolar. Hal ini terjadi karena 70 persen produksi lada putih di Belitung ini diekspor ke beberapa negara di Eropa dan sebagian ke Asia. Ekspor lada putih ini dikirim melalui pelabuhan di Batam. “Kita mengekspor bisa sampai 40 hingga 60 ton perbulan,” tuturnya.

Jadi tidak heran, dengan permintaan yang begitu besar dari para importir di Eropa dan Asia, Poniman pun bisa mengantongi omzet hingga Rp 6 miliar saat musim panen tiba, yaitu sepanjang bulan Juli hingga Oktober.

Sumber : Tempo.co

Post Comment

No comments:

Post a Comment