DI antara fasilitas yang Allah berikan kepada hamba-Nya supaya menambah pundi-pundi bekalnya untuk dipergunakan di kemudian hari adalah puasa yang merupakan jalan untuk menambal kekurangan pada bulan-bulan di luar Ramadhan. ROSULULLAH SAW bersabda : Dari shalat ke shalat, Jumat ke Jumat, dan Ramadhan ke Ramadhan adalah sebagai tebusan dosa (kaffarah) seorang mukmin selama dalan jarak waktu tersebut ia menjauhi dosa besar, begitu sabda Baginda Nabi Muhammad yang diwartakan oleh Imam Muslim dan Tirmidzi yang bersumber dari Abu Hurairah.
Hadits di atas memiliki tiga titik simpul, salat lima waktu, Jumat, dan Ramadhan. Jika ditelaah secara filosofis maka, seorang mukmin dapat menjadikan tiga jenis amalan yang semua terkait dengan waktu sebagai titik perubahan dalam hidupnya. Dimulai dengan ritual harian berupa salat lima waktu, mulai dari Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, hingga Isya, hingga sahalat Jumat dan Puasa Ramadhan.
Seorang hamba idealnya memang harus sibuk beribadah kepada Allah tiap waktu. Bahkan, Allah pun juga sibuk, sebagaimana firman-Nya, Setiap waktu Dia dalam kesibukan (QS. Arrahman[55]: 29). Nabi menafsirkan ayat tersebut, bahwa kesibukan Allah adalah mengampuni dosa, menghapus kesusahan, mengangkat derajat suatu kaum dan menjatuhkan kaum lainnya, (Hadits shahih Ibnu Majah, juz I:40, no. 167).
Benda-benda langit yang berubah lewat siklus, bumi berputar mengubah hari, cuaca berganti musim, manusia bekerja untuk mengubah tulisan takdirnya dari bangun tidur di wakru fajar hingga kembali tidur di waktu malam, itulah ‘amalul yaum wa laylah seorang hamba, dan tiada hari tanpa dengan kesibukan, dan kesibukan yang paling bermanfaat adalah sibuk bermunajat kepada Allah, mengumpul bekal untuk akhirat. Jangan hanya disibukkan oleh urusan dunia semata, sementara urusan akhirat terbengkalai.
Titik tolak sebuah perubahan hakikatnya ditemui lewat amal ibadah, (‘ubudiyah) yang dilaksanakan secara terus-menerus dan sambung menyambung, salat lima waktu ditinjau dari harian, salat Jumat ditinjau dari Mingguan, dan Ramadhan ditijnjau dari hitungan tahunan, sehingga membuat seorang mukmin berada dalam kabaikan dan kebajikan, bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negaranya, menjadi warga yang baik lagi shaleh adalah keinginan tertinggi sebuah negara dan tujuan utama dalam beragama.
Maka beruntunglah mereka yang memanfaatkan Ramadhan tahun 1437 hijriah ini sebagai wadah untuk melakukan perubahan, mervolusi mentalnya, dari yang malas beribah menjadi rajin, salah menjadi saleh, kikir menjadi dermawan, pemarah menjadi pemaaf, dan seterusnya. Mari bersama jadikan Ramadhan kali ini sebagai landasan pacu menuju perubahan demi kemenangan dunia akhirat. Wallahu A’lam
Post Comment
No comments:
Post a Comment